Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Kata Tak Sampai

27 Desember 2005 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah .. syukur ini setulus-tulusnya kupersembahkan keHadirat Allah, Raja Manusia. Gue bisa ngeliat en baca Om edisi 17 plus (plus lama). Akhirnya .. ternyata masih idup juga nih Om. Kirain udah diTahlil-in .. kalo ngga udah dikenang 40 hari-nya. Asli seneng banget deh. Hari-hari gue ceria lagih. Jam 08 pagi .. di depan monitor 14’ yang VGA-nya cumin bisa 16 bit color, yang disebelahnya nangkring Sipiyu (baca: CPU) nya Pentium 2 kapasitasnya 4 Gygabyte yang itupun isinya desek-desekan antara file master, aplikasi, data setingan sama gim..orang-orang ama gue nyebutnya si Abah (hari gini Pentium 2 ! –nyesek engga luh dikatain gitu) Temen gue (Pengedar Om) kemaren sore-sore ujug-ujug dateng terus ngomong : “Meng, gue pinjem duit goceng ..Buat ongkos ke si Mia (Bandar Om di Bogor) .. Mau ngambil Om yang baru!.” Kayak yang dihipnotis, ngedenger kata-kata “Om baru” dengan reflek dan otomatis tapi masih sadar sie, gue langsung mer

Buku Adalah Peta

Saat Anda menjual --atau meminjamkan-- buku kepada seseorang, Anda tidak menjual –atau meminjamkan—kepadanya 12 ons kertas, tinta, dan lem -- Anda menawarkan suatu kehidupan yang sama sekali baru. (Christopher Morley) Haik! Novelnya tebal! hingga bisa dicungkil sedalam mungkin agar --teroris seperti saya--, dapat menempatkan pistol yang akan digunakan untuk menembak kepala George W Bush yang batu! Memungkinkan pula –novelnya-- digunakan untuk melempar orang fasis atau anjing pitbull sampai mati. Musashi!, sebuah magnum opus karya Eiji Yoshikawa yang mendapatkan tempat di hati pecinta buku beberapa dekade silam. Sebuah “kitab suci” psikologi yang memberikan pencerahan kepada tokoh-tokoh spiritual seperti Gede Prama dan Sindunatha. Dahulu novel Musashi terdiri dari jiid-jilid kecil tetapi --ketika saya mengaksesnya di tahun 2002--, ketebalan novel itu sungguh menakutkan bagi siapapun yang sedikit anti membaca. Bagi saya, menamatkan novel Musashi merupakan suatu pencapaia

Motivation

Pren, kamu pasti kenal sama penyakit yang satu ini: bete. Tubuh serasa nggak semangat buat ngerjain tugas yang ada. Nggak pandang bulu apapun jenis aktivitasnya. Bisa berupa malas belajar, ngerjain tugas kampus, tugas rumah, berangkat kerja, olahraga, dan bahkan males mandi! ngaku aja deh... Bahayanya, penyakit ini juga nyerang ketika kita dipanggil ‘kencan’ sama Pencipta kita. Lagi nyenyak-nyenyaknya tidur sambil ngimpi nonton konser live Linkin Park, eh dibangunin buat sholat shubuh. Lagi asyik-asyiknya nonton film, eh tau-tau TV-nya dimatiin trus kita disuruh sholat magrib juga ngaji. Rasanya keselll banget. Pas sholatpun kadang masih kebawa esmosi. Kenapa sih kamu suka gitu? Yang jadi masalah di sini sebenarnya adalah persoalan motivasi. Motif untuk melakukan aksi. Sebab, apapun yang kita lakukan kalo tanpa ada bara motivasi, bakalan setengah-setengah ngerjainnya, kepaksa, dan hasilnya pun gak bakal maksimal. Ahirnya, kita rugi pikiran, energi, waktu, dan mungkin juga u

7 Kebiasaan Orang Kreatif

Para pakar kreatifitas menegaskan bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dan kreatifitas itu sendiri dapat dipelajari dan ditingkatkan. Artinya, kamu juga punya potensi kreatif yang mungkin belum kamu sadari. Memang, faktor-faktor seperti pengetahuan, penguasaan teknik, pengalaman praktis, dan motivasi sangat penting peranannya dalam membuka dan mengembangkan potensi kreatifitas. Namun, tak kalah penting adalah pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang merangsang cara berpikir atau tindakan kreatif sehingga kamu bisa menjadi orang kreatif. Kebiasaan adalah tingkah laku yang dijalankan secara konsisten dan berulang-ulang. Sementara kebiasaan kreatif adalah tingkah laku yang dijalankan secara konsisten, yang menghantarkan pada lahirnya berbagai bentuk hasil (output) kreatif. Orang kreatif memiliki kebiasaan-kebiasaan positif yang mampu menghapus (mengeliminir) hambatan kreatifitas, dan ujung-ujungnya adalah mengaktualisasikan potensi kreatif, sehingga potensi kreatif ters